Tridinews.com - Tingkat kemiskinan di Sudan melonjak drastis akibat konflik berkepanjangan yang masih berlangsung. Menurut laporan kantor berita resmi SUNA, angka kemiskinan naik dari 21 persen menjadi 71 persen, membuat sekitar 23 juta warga kini hidup di bawah garis kemiskinan.
Di tengah situasi yang kian berat, pemerintah Sudan berusaha menahan dampak krisis dengan menjalankan sejumlah program produktif dan membuka lapangan kerja baru. Menteri Sumber Daya Manusia dan Kesejahteraan Sosial, Mutasim Ahmed Saleh, mengatakan bahwa dana dari program tanggung jawab sosial perusahaan akan diarahkan pada proyek pembangunan dan perluasan akses mikrofinansial bagi masyarakat yang kehilangan mata pencaharian.
Kementerian juga bekerja sama dengan Bank Sentral Sudan untuk melonggarkan syarat pembiayaan dan menaikkan batas pinjaman bagi usaha skala kecil, dengan harapan dapat membantu keluarga bertahan sekaligus menggerakkan kembali roda ekonomi.
Sementara itu, laporan terbaru dari Integrated Food Security Phase Classification (IPC) menunjukkan kondisi yang mengkhawatirkan. Sebanyak 21,2 juta orang—sekitar 45 persen populasi—mengalami tingkat kerawanan pangan akut pada September. Bahkan, situasi kelaparan dilaporkan terjadi di El Fasher dan Kadugli. Meski begitu, pemerintah membantah adanya kesenjangan pangan besar, menyebut laporan kelaparan tersebut “berlebihan”.
Sudan masih terjebak dalam konflik antara Angkatan Bersenjata Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) sejak April 2023. Perang yang menghancurkan itu telah menewaskan puluhan ribu orang dan memaksa jutaan lainnya mengungsi, memperburuk kondisi kemanusiaan di negara tersebut.
Kemiskinan Sudan Melonjak Tajam, Pemerintah Upayakan Pemulihan Ekonomi
. (net)