Tridinews.com - Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria menegaskan komitmen pemerintah dalam melindungi hak-hak penerbit dan jurnalis di tengah arus deras transformasi digital dan dominasi kecerdasan artifisial (AI).
“Kami ingin memastikan bahwa teknologi, termasuk AI, tidak menjadi perusak nilai-nilai dasar jurnalistik, tetapi justru menjadi penguat bagi jurnalisme yang independen dan bertanggung jawab,” kata Nezar dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Nezar menekankan Indonesia mendorong terciptanya ekosistem digital yang adil, inklusif, dan berpihak pada jurnalisme berkualitas.
Ia menyoroti perubahan drastis dalam pola konsumsi berita di Indonesia. Sebanyak 57 persen masyarakat Indonesia kini mengandalkan media sosial sebagai sumber berita utama, dan 40 persen menjadikannya sebagai sumber utama informasi harian mereka.
Di kalangan usia muda (18–24 tahun), tercatat angkanya melonjak hingga lebih dari 50 persen.
“Pergeseran ini membuat industri media nasional menghadapi tantangan serius, yaitu menurunnya pendapatan iklan, turunnya kepercayaan publik, dan kecenderungan menghindari berita arus utama,” ujarnya.
Nezar menekankan pentingnya regulasi yang adil untuk melindungi hak ekonomi dan moral para jurnalis di tengah dominasi platform digital global yang diproyeksikan menguasai 81 persen belanja iklan di Asia Pasifik (APAC) pada 2028.
“Pemerintah Indonesia tengah memperkuat upaya regulatif yang mendukung hak penerbit di platform digital. Ini bukan hanya soal keberlanjutan ekonomi, tetapi juga menjaga integritas informasi publik,” ujarnya.
Nezar menyampaikan hal tersebut dalam Forum Internasional CTRL+J Asia Pacific (APAC) yang digelar di Jakarta Pusat, Selasa (22/7).CTRL+J APAC menghadirkan para pemangku kepentingan dari pemerintah, industri teknologi, media, dan masyarakat sipil untuk merumuskan strategi bersama.
Salah satu fokus utama diskusi tersebut adalah bagaimana menciptakan model bisnis baru, kemitraan yang lebih setara, dan pengembangan AI yang etis dan tidak bias terhadap bahasa-bahasa minoritas di Asia Pasifik.
“Kami ingin teknologi menjadi fasilitator, bukan pengganti nilai-nilai jurnalisme. Ini saatnya membangun kolaborasi yang kuat antara media dan raksasa teknologi agar konten berkualitas mendapatkan pengakuan dan kompensasi yang layak,” ucap Nezar.
Forum CTRL+J APAC di Jakarta merupakan kelanjutan dari diskusi global tentang masa depan jurnalisme yang telah digelar sebelumnya di Johannesburg dan São Paulo.
Indonesia menjadi tuan rumah untuk kawasan Asia Pasifik yang mengalami lonjakan konsumsi berita digital secara signifikan, terutama melalui media sosial dan perangkat mobile.
Wamenkomdigi komitmen lindungi hak-hak jurnalis ditengah kemajuan AI
