Tridinews.com - Menteri Luar Negeri RI Sugiono menegaskan bahwa Indonesia akan selalu menjadi negara non-blok (non-alignment).
“Sejarah kita menunjukkan bahwa ketika kita berpihak pada salah satu blok kekuatan, masyarakat kita justru terpecah,” ujar Sugiono dalam wawancara khusus dengan ANTARA di Jakarta, Kamis.
Pernyataan tersebut disampaikan Menlu RI sebagai tanggapan atas kekhawatiran bahwa Indonesia akan bersekutu dengan salah satu blok kekuatan global setelah secara resmi menjadi anggota BRICS.
BRICS merupakan kelompok negara berkembang yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Kini, organisasi tersebut telah berkembang menjadi BRICS+ dengan bergabungnya sejumlah negara baru, termasuk Indonesia.
Sugiono menjelaskan bahwa keanggotaan Indonesia di BRICS merupakan bagian dari pelaksanaan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif. Ia menekankan bahwa sebelum bergabung dengan BRICS, Indonesia telah menjadi anggota APEC dan kini tengah menjalani proses aksesi ke Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).
Ia juga menekankan bahwa keputusan Indonesia menjadi anggota BRICS diambil melalui proses pertimbangan yang panjang dan mendalam, seraya menambahkan bahwa BRICS turut menyuarakan kepentingan negara-negara berkembang di kawasan Global South.
Selain itu, Sugiono menyampaikan bahwa Presiden RI Prabowo Subianto menginginkan Indonesia menjadi “tetangga yang baik” bagi negara-negara lain.
“Menjadi tetangga yang baik artinya kita ingin membangun hubungan yang dilandasi saling menghormati dan berlandaskan pada kepentingan nasional kita, dengan negara-negara lain,” jelas Sugiono.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI senantiasa berupaya menjaga komunikasi yang intensif dengan negara-negara sahabat guna memperkuat hubungan yang baik dengan mereka.
Indonesia secara resmi menjadi anggota penuh BRICS pada Januari 2025, dengan Brasil sebagai negara yang memegang keketuaan BRICS tahun ini.
Dalam KTT BRICS 2025 yang diselenggarakan di Rio de Janeiro, Brasil, Presiden RI Prabowo Subianto bersama Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva sepakat mengusung semangat Konferensi Asia Afrika (KAA) Bandung sebagai motor penggerak kemajuan negara-negara berkembang.
Presiden Lula juga menilai bahwa Indonesia memiliki peran historis penting dalam mengobarkan semangat perjuangan negara-negara Global South sejak penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung pada 1955.
Hal itu ditegaskan Presiden Lula dalam pidatonya pada sesi Perdamaian dan Keamanan BRICS, serta Tata Kelola Global, yang berlangsung pada 6 Juli 2025. Ia secara khusus menyebut Konferensi Bandung sebagai momen penting dalam sejarah perlawanan terhadap dominasi blok-blok kekuatan dunia.
“Sebagian besar negara yang kini tergabung dalam BRICS merupakan pendiri Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sepuluh tahun kemudian, Konferensi Bandung menolak pembagian dunia ke dalam zona-zona pengaruh, dan memperjuangkan tatanan internasional yang multipolar. BRICS adalah pewaris semangat Gerakan Non-Blok,” demikian mengutip pidato Presiden Lula.
Menlu RI tegaskan Indonesia akan selalu jadi negara Non-Blok
