Tridinews.com - Presiden RI Ke-7 Jokowi semakin disudutkan oleh Roy Suryo Cs usai menerbitkan buku berjudul "Jokowi’s White Paper".
Buku ini berisi terkait dugaan ijazah palsu Jokowi yang ditulis okeh dokter Tifa, Roy Suryo, dan ahli digital forensik Rismon Sianipar.
Namun Roy Suryo menyebut bahwa tidak hanya buku Jokowi’s White Paper yang mereka buat.
Hal tersebut disampaikan oleh dokter Tifa dalam peluncuran buku Jokowi’s White Paper di Coffee Shop University Club (UC) Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Buku setebal lebih dari 700 halaman itu diluncurkan bertepatan dengan Hari Konstitusi, Senin (18/8/2025), sebagai “kado” bagi 80 tahun kemerdekaan Indonesia.
Awalnya, dokter Tifa menjelaskan bahwa penulisan buku ini bukan semata-mata karena dirinya dan Roy Suryo serta Rismon merupakan seorang akademisi, namun juga atas petunjuk dari Tuhan.
Menurut Tifa, tidak ada seorang pun nantinya yang bisa menghapus kebanaran-kebenaran yang ada di buku tersebut.
"Kami bertiga menulis buku ini bukan semata-mata karena kami itu akademisi atau ilmuwan, bukan, tapi kami bertiga ini alatnya Allah, kami alatnya Allah saja. Kebetulan Allah memberi kami ilmu kepada kami bertiga, ya amanah Allah itu tugas,"
"Kebenaran sudah kami kunci di buku ini dan sudah menjadi jejak abadi, tidak ada siapapun yang bisa menghapus kebenaran-kebenaran akademis yang sudah kami tulis di dalam buku ini," ujar Tifa saat soft launching, Senin (18/8/2025), dikutip dari YouTube Langkah Update.
Kemudian ia membeberkan bahwa tidak hanya buku Jokowi’s White Paper saja yang digarapnya bersama Roy Suryo dan Rismon.
Sebab nanti akan ada buku kedua dan ketiga tentang Jokowi yang saat ini masih dalam proses riset.
"Kami juga sedang berproses untuk melanjutkan buku yang kedua, sebab ini sudah 700 halaman dan saya sudah sampaikan kepada Mas Roy dan Bang Rismon, kita setop untuk buku yang pertama, kasian nanti tidak akan mampu mengganti harga cetaknya kalau buku itu sampai 1.500 halaman,"
"Jadi kami putuskan untuk setop di 700 halaman, kemudian kami sekarang sedang on going untuk riset di buku yang kedua dan seterusnya buku yang ketiga," ucap dokter Tifa.
Dokter Tifa juga menjelaskan, buku tersebut sengaja berwarna putih karena bertujuan untuk menerangi hati semua orang dengan kebenaran.
"Kami sengaja menggunakan warna putih karena kami ingin menerangi hati semua orang dengan kebenaran," ucapnya.
Sementara terkait filosofi judul buku white paper tersebut, dokter Tifa mengatakan bahwa hal itu mempunyai makna penelanjangan terhadap hal-hal yang ditutupi.
Hal tersebut sesuai dengan tujuan dokter Tifa dan kawan-kawan yang ingin membuka kebenaran terkait ijazah Jokowi kepada masyarakat.
"Saya jelaskan secara filosofi, white paper itu adalah penelanjangan terhadap hal-hal yang ditutupi, penelanjangan terhadap kebenaran-kebenaran yang selama ini ditutupi oleh sebuah kebohongan-kebohongan yang berwarna hitam,"
"Kita ingin membuka kebenaran seputih-putihnya teman-teman, kalau tulisannya dengan kertas hitam kan ndak bisa baca, tetapi kertasnya putih Anda bisa membaca tulisan-tulisan itu, demikian juga dengan kebenaran tersebut," tutur dokter Tifa.
Bahkan rencananya buku ini akan diedarkan dengan cepat pada Agustus ini dan bakal diterbitkan juga di 25 negara.
"Buku ini akan beredar cepat pada Agustus 2025 ke 25 negara," paparnya.
Respons Pihak Jokowi
Terpisah, kuasa hukum Jokowi, Rivai Kusumanegara, mengatakan bahwa peluncuran buku itu merupakan bentuk fitnah dan upaya pihak Roy Suryo dalam membangun alibi.
Tujuannya agar persoalan terkait ijazah Jokowi yang sudah terjadi selama ini dianggap sebagai bagian dari penelitian.
Namun Rivai meyakini bahwa masyarakat bisa menilai mana yang benar-benar penelitian akademis.
"Kalau saya sih berpendapat ya, ini adalah salah satu cara untuk membangun alibi bahwa seolah-olah apa yang sudah terjadi selama ini adalah bagian dari penelitian, sekalipun dari segi tata waktu, metode, etika dan segala macamnya,"
"Ya sebagaimana masyarakat juga bisa menilai apakah ini benar-benar penelitian akademis atau seolah-olah saja sebagai bagian dari pembelaan, ya monggo masyarakat bernilai," kata Rivai, Senin, dikutip dari YouTube Kompas TV.
Rivai menilai, perbuatan Roy Suryo Cs itu hanya untuk membuat kegaduhan, apalagi di era post truth ini, di mana opini publik terbentuk lebih banyak oleh emosi dan keyakinan pribadi daripada fakta objektif.
Sehingga, menurut Rivai, penting adanya langkah hukum yang diambil di tengah era post truth seperti sekarang ini.
"Tapi kalau kami tetap berpandangan apa yang sudah terjadi ini murni sebagai perbuatan yang memang ingin melakukan fitnah terhadap Pak Jokowi dan ingin membangun sebuah kegaduhan sosial lah ya."
"Di era post truth seperti ini kan memang salah satu kuncinya adalah hukum harus berani bertindak dalam konteks tindak pidana fitnah. Perlu dibedakan fitnah dengan pencemaran. Kalau pencemaran ini bisa bicara mengganggu juga iklim demokrasi. Tapi kalau fitnah itu agama mana pun bilang bahwa ini lebih kejam dari pembunuhan," jelasnya.
Rivai lantas menjelaskan bahwa fitnah itu merupakan fakta yang tidak benar dan disebarluaskan, seperti halnya yang dilakukan oleh Roy Suryo Cs yang hingga sekarang masih mempermasalahkan ijazah Jokowi.
Dalam hal ini, kata Rivai, yang dirugikan bukan hanya Jokowi saja, melainkan masyarakat umum juga karena mereka menerima berita hoaks.
"Di era post truth ini bahayanya itu bisa membangun apa namanya keresahan sosial. Seperti contohlah beberapa tahun yang lalu ada aktivis mengklaim dirinya dipukuli aparat, ternyata operasi plastik. Sempat membuat ketegakan politik di berbagai negara."
"Jadi sesuatu yang sifatnya adalah pencemaran dengan fitnah itu suatu berbeda ya. Kalau pencemaran itu faktanya benar tapi disebar luaskan. Tapi kalau fitnah faktanya tidak benar, yang disampaikan ke publik itu tidak benar, betul-betul kebohongan yang bisa meresahkan masyarakat dan korban di sini bukan hanya Pak Jokowi tapi seluruh masyarakat yang mengkonsumsi berita hoaks atau yang tidak benar," tegas Rivai.
Rivai pun menegaskan kembali bahwa peluncuran buku tersebut merupakan fitnah dari kubu Roy Suryo Cs terhadap Jokowi.
Padahal, ijazah Jokowi sudah dinyatakan asli dan sah oleh Bareskrim Polri.
Untuk proses hukum ke depannya, Rivai pun menyatakan bahwa pihaknya masih menunggu persidangan kasus tudingan ijazah palsu ini.
Dia menegaskan bahwa di persidangan nanti, pihaknya akan membuktikan bahwa ijazah Jokowi itu memang benar-benar asli didapatkan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan proses yang semestinya.
"Fitnah, karena kami meyakini ijazah ini asli, benar adanya dan sah. Nanti biarlah di persidangan ya. Kalau tidak salah sekarang sudah 99 saksi sudah didengar oleh Polda, bahkan juga sudah banyak ahli didengar," ucapnya.
"Nantilah di persidangan ya kami akan membuktikan bahwa jasa Pak Jokowi itu asli, diperoleh dengan perkuliahan yang benar, melihat semua proses dan beliau menerima ijazah ini secara asli dari UGM."
"Nah, sementara kalau dari kubunya Pak Roy kan menganggap jasa ini palsu dengan segala rekayasanya gitu ya. Silakan nanti dua versi ini dibawa ke persidangan, hakim yang akan menilai," kata Rivai.
Roy Suryo terbitkan buku Jokowi's White Paper berisi 700 halaman
