Serangan drone tewaskan 60 orang di Sudan

serangan-drone-tewaskan-60-orang-di-sudan . (net)

Tridinews.com - Sedikitnya 60 orang tewas, termasuk anak-anak dan perempuan, dalam serangan pesawat tak berawak yang menghantam tempat penampungan pengungsi di Kota El-Fasher, Darfur Utara, Sudan, pada Jumat malam (10/10/2025).

Menurut laporan Jaringan Dokter Sudan (SDN), serangan dilakukan oleh Pasukan Dukungan Cepat (RSF) yang selama hampir 18 bulan mengepung kota tersebut.

Serangan menargetkan kamp Dar al-Arqam di dalam kompleks Universitas Islam Omdurman, menewaskan puluhan warga sipil dan melukai lebih dari 20 orang lainnya, sebagian besar dalam kondisi kritis.

Komite Perlawanan El-Fasher menyebut insiden itu sebagai "pembantaian" dan menyerukan intervensi internasional untuk menghentikan kekerasan.

“Anak-anak, perempuan, dan lansia dibunuh dengan kejam, banyak di antaranya dibakar hidup-hidup,” kata komite itu dalam pernyataannya yang dikutip Al Jazeera (11/10/2025).

Sementara itu, UNICEF melaporkan bahwa di antara korban terdapat 17 anak yang tewas, termasuk seorang bayi berusia tujuh hari, serta 21 anak lainnya luka-luka.

“Serangan terhadap anak-anak ini merupakan pelanggaran berat terhadap hukum kemanusiaan internasional,” tegas perwakilan UNICEF untuk Sudan.

BBC dan AP News melaporkan sebagian besar korban merupakan pengungsi yang berlindung di kamp universitas setelah rumah mereka hancur akibat pertempuran antara RSF dan Angkatan Bersenjata Sudan (SAF).

Para saksi menggambarkan suasana panik saat relawan menarik korban dari reruntuhan, sementara rumah sakit kewalahan menampung korban luka.

RSF belum memberikan komentar resmi, namun organisasi hak asasi manusia menyebut serangan ini bagian dari pola kekerasan sistematis terhadap warga sipil di wilayah Darfur.

Menurut Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, sedikitnya 53 warga sipil juga tewas dalam serangkaian serangan antara 5–8 Oktober.

Komisioner PBB untuk HAM, Volker Türk, menyatakan dirinya “terkejut dengan ketidakpedulian RSF terhadap kehidupan manusia”.

Ia menegaskan bahwa serangan terhadap warga sipil serta fasilitas kesehatan “melanggar hukum internasional.”

Laporan Program Pembangunan PBB (UNDP) menggambarkan kondisi kemanusiaan di El-Fasher sebagai “melampaui bencana.”

Warga kini hidup di bawah tanah untuk menghindari pemboman, sementara pasokan makanan dan obat-obatan hampir habis.

PBB memperkirakan sekitar 260.000 warga masih terjebak di dalam kota yang telah dikepung RSF selama berbulan-bulan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengutuk serangan terhadap Rumah Sakit Bersalin Saudi, satu-satunya fasilitas medis yang masih berfungsi di El-Fasher, yang telah diserang sebanyak tiga kali sebelumnya.

“Fasilitas kesehatan harus dilindungi, bukan dijadikan sasaran,” tegas Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Menurut laporan The Guardian, konflik di Sudan sendiri telah berlangsung sejak April 2023, ketika perselisihan antara pimpinan RSF dan militer Sudan meletus menjadi perang terbuka.

Sejak itu, lebih dari 150.000 orang tewas dan 12 juta lainnya mengungsi, menjadikan krisis ini sebagai salah satu bencana kemanusiaan terbesar di dunia.

Editor: redaktur

Komentar