Bandung siap jadi pionir pengembangan ekosistem mobil listrik

bandung-siap-jadi-pionir-pengembangan-ekosistem-mobil-listrik . (net)

Tridinews.com  - Pemerintah Kota Bandung, menyatakan kesiapannya untuk menjadi pionir pengembangan teknologi energi baru dan ekosistem mobil listrik di Indonesia dengan menggandeng tujuh perusahaan.

Sejumlah perusahaan tersebut adalah Starcharge (perusahaan baterai), Farmsent (perusahaan blockchain pertanian, aset dunia nyata dan carbon credit dubai), Yogo (perusahaan robotik), China Oriental Capital Group, PT. Nusantara Bumi Sangkar,a dan Ekta Duo.

Perusahaan teknologi dari berbagai negara tersebut sudah siap berinvestasi di Kota Bandung, termasuk pembangunan infrastruktur charging station dan jaringan energi mandiri berbasis tenaga surya.

"Ekosistem mobil listrik memang harus dibangun di Kota Bandung. Dealership sudah mulai datang, maka infrastruktur seperti SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) harus disiapkan," ujar Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, Minggu (20/7/2025).

Selain itu, kata Farhan, pihaknya juga bakal menyiapkan energi mandiri melalui microgrid berbasis tenaga surya. Sebab, era teknologi bersih dan mobil listrik tidak bisa ditunda lagi, sehingga Bandung siap untuk menjadi kota pelopor.

Menurutnya, pembayaran digital dan konektivitas Internet of Things (IoT), memiliki peran penting dalam mendukung teknologi tersebut. Termasuk rencana besar Kota Bandung mengoperasikan angkot cerdas berbasis listrik.

"Kalau semua sistemnya tertempel di mobil, pengemudi tidak akan terganggu dengan alasan klasik seperti kehabisan baterai atau kuota. Semuanya terhubung lewat IoT," katanya.

Farhan mengatakan, untuk menerapkan hal itu butuh perubahan pola pikir, sehingga masyarakat harus berani meninggalkan cara lama dan beralih ke pola pikir masa depan.

"Selain infrastruktur fisik, pembayaran juga harus terintegrasi. Ketika isi daya mobil, pembayaran harus mudah dan digital. Karena itu, sistem pembayaran elektronik jadi bagian penting dari ekosistem ini," ucap Farhan.

Namun, kata dia, tantangan terbesar datang dari sisi regulasi karena selama ini banyak investor asing masih kesulitan memahami peraturan daerah (Perda) dan undang-undang nasional.

"Sering kali yang bikin investor bingung itu peraturan kita. Maka kita butuh lembaga seperti IRWATA  (Indonesia Real World Assets Technology Association) yang bisa menjembatani dan menjelaskan secara lengkap," ujarnya.

Ketua IRWATA, Muhammad Sabdo Yusmintiarto, mengatakan, Kota Bandung akan menjadi kota pertama di Indonesia yang mengembangkan teknologi tokenisasi aset nyata atau RWA (Real World Assets).

"Lewat RWA, kami ingin Kota Bandung menjadi pelopor yang memulai sistem keuangan masa depan. Kita ingin dari Bandung, sistem ini menyebar ke seluruh Indonesia," kata Muhammad Sabdo.

RWA adalah aset fisik dunia nyata seperti properti atau energi yang diubah menjadi aset digital di blockchain. Teknologi ini diyakini akan menarik investasi besar, karena seluruh pembiayaannya murni dari swasta, tanpa utang.

"Target kami untuk tahun ini sekitar USD 500 juta atau sekitar Rp2 triliun bisa masuk ke Kota Bandung. Ini akan jadi pembuktian bahwa Bandung bisa menjadi pusat investasi teknologi bersih," ujarnya.

Investasi tahap awal, kata dia, akan difokuskan pada pembangunan charging station di berbagai titik yang akan ditentukan oleh Pemkot Bandung. Keputusan ini diambil karena mitra yang dipilih adalah penyedia infrastruktur kendaraan listrik terbaik di dunia.

"Kami tidak menentukan lokasinya. Kami dengarkan kebutuhan Kota Bandung, tunjukkan saja titik-titiknya, nanti kami bangun," ujarnya.

Editor: redaktur

Komentar