Palestina serukan Indonesia berhenti berdialog dengan Israel

palestina-serukan-indonesia-berhenti-berdialog-dengan-israel . (net)

Tridinews.com - Tokoh pergerakan Palestina sekaligus Presiden Inisiatif Nasional Palestina, Mustafa Barghouti, menyerukan kepada pemerintah dan rakyat Indonesia untuk menutup segala bentuk komunikasi dengan Israel. 

Ia menegaskan bahwa normalisasi hubungan dengan negara tersebut tidak dapat dibenarkan dalam kondisi apapun.

“Sudah sewajarnya rakyat dan pemimpin Indonesia menolak segala bentuk normalisasi dengan Israel. Tidak ada alasan yang bisa diterima,” ujar Mustafa dalam konferensi pers di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (2/9/2025).

Mustafa menilai bahwa Israel telah melakukan pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia dan hukum internasional, termasuk pendudukan wilayah Palestina dan serangan terhadap warga sipil.

“Israel adalah negara yang secara terang-terangan melanggar HAM dan melakukan berbagai kejahatan. Karena itu, kami menolak segala bentuk dialog antara rakyat Indonesia dengan rakyat atau pemimpin Israel,” tegasnya.

Ia juga menyampaikan keraguannya terhadap efektivitas dialog dengan Israel, yang menurutnya tidak akan menghasilkan perdamaian. 

Mustafa menggunakan analogi yang tajam untuk menggambarkan ketidakmungkinan berdialog dengan pihak yang terus melakukan penindasan.

“Bagaimana mungkin berdialog dengan penjajah yang terus melakukan kekerasan? Itu seperti mencoba berdiskusi dengan setan,” kata Mustafa.

Pernyataan Mustafa mencerminkan kekhawatiran mendalam dari pihak Palestina terhadap upaya normalisasi yang dinilai dapat melemahkan perjuangan rakyat Palestina dan memperkuat legitimasi pendudukan Israel.

Pada kesempatan yang sama Mustafa juga menolak keras rencana evakuasi warga Palestina korban perang ke Indonesia. 

Ia menyebut langkah tersebut berisiko mengulang sejarah kelam Nakba 1948, ketika ratusan ribu warga Palestina dipaksa meninggalkan tanah mereka secara permanen.

“Tujuan utama kami datang ke Indonesia adalah mendorong penolakan terhadap setiap upaya evakuasi warga Palestina keluar dari wilayah Palestina,” tegas Mustafa.

Mustafa menyatakan bahwa rakyat Palestina menolak evakuasi paksa, meskipun dengan dalih perawatan medis. 

Ia mempertanyakan logika pemindahan korban perang ke luar negeri, dan mengajak masyarakat Indonesia membayangkan jika hal serupa terjadi di tanah air.

“Maukah kalian, warga Indonesia, dipindahkan ke Vietnam jika terluka akibat perang?” ujarnya.

Menurut Mustafa, rencana pemindahan 2.000 warga Palestina ke Indonesia bisa menjadi awal dari eksodus yang lebih besar, hingga 100.000 orang. 

Ia menyarankan agar bantuan medis diberikan langsung di wilayah Palestina, bukan dengan memindahkan korban ke luar negeri.

“Jika ingin membantu, bangunlah fasilitas kesehatan di Palestina. Kami akan melayani rakyat kami sendiri. Tapi jangan benarkan transfer ini terjadi,” katanya.

Mustafa juga memperingatkan bahwa rencana evakuasi ini bisa menjadi bagian dari strategi Israel untuk mengosongkan wilayah Palestina. 

Ia menuduh Israel tidak pernah menepati janji pemulangan warga yang dievakuasi, dan meminta Indonesia tidak terjebak dalam skenario yang dapat memperburuk situasi.

“Kami yakin Israel tidak akan mengizinkan mereka kembali. Jangan sampai Indonesia ikut serta dalam pemberangusan etnis Palestina,” tegasnya.

Nakba, yang berarti "malapetaka" dalam bahasa Arab, merujuk pada peristiwa tahun 1948 ketika lebih dari 700.000 warga Arab Palestina diusir dari tanah mereka menyusul berdirinya negara Israel. 

Peristiwa ini menyebabkan penghancuran lebih dari 500 desa Palestina dan menciptakan pengungsi permanen yang tersebar di berbagai wilayah, termasuk Tepi Barat, Jalur Gaza, dan kamp-kamp pengungsi di negara tetangga.

Editor: redaktur

Komentar