Tridinews.com - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk serangan udara Israel yang menyasar lokasi dekat istana presiden Suriah di Damaskus.
Guterres menyerukan kedua pihak, Israel dan Suriah, untuk menghentikan semua permusuhan dan saling menahan diri semaksimal mungkin, dan menghindari eskalasi lebih lanjut.
"Guterres mengecam semua kekerasan terhadap warga sipil, termasuk tindakan yang berisiko mengobarkan ketegangan sektarian," kata juru bicaranya Stephane Dujarric, dikutip AFP, Sabtu (3/4).
Menurut Guterres, aksi Israel merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan Suriah.
"Sangat penting untuk serangan-serangan ini dihentikan dan Israel harus menghormati kedaulatan Suriah, persatuannya, integritas teritorialnya, dan kemerdekaannya," kata Dujarric.
Israel menyerang area dekat Istana Kepresidenan Suriah di Damaskus secara membabi buta pada Jumat (2/5) kala kekerasan terhadap warga minoritas Druze terus meningkat.
Dalam rilis resmi, Pasukan Pertahanan Israel (Israeli Defence Forces/IDF) menyatakan mereka meluncurkan serangan udara dekat istana kepresidenan Suriah.
"Jet-jet tempur menyerang dekat area istana," demikian pernyataan militer Israel, dikutip AFP.
Serangan Israel ini dilancarkan setelah Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengancam akan intervensi Suriah jika Damaskus tidak juga melindungi warga minoritas Druze yang tengah menjadi target kekerasan di negara tersebut.
Katz menegaskan Israel akan merespons "dengan kekuatan signifikan" jika pemerintah Suriah mengabaikan seruan tersebut.
Komunitas Druze memiliki sejarah sendiri dengan Israel. Di masa-masa kepemimpinan Sunni di Yerusalem yang mengancam, komunitas Druze berpihak ke Yahudi dalam perang 1948.
Sejak saat itu, tentara Druze bertempur untuk Israel dalam setiap perang Arab-Israel. Selain itu, jumlah warga di Druze di negeri Zionis cukup besar yakni sekitar 140.000, demikian dikutip Britannica.
Pekan ini, pertempuran terjadi antara pasukan keamanan Suriah dan aliansinya melawan kelompok minoritas Druze.
Editor: redaktur