Netizen Brazil guyur Agam Rinjani dengan uang Rp1,5 miliar

netizen-brazil-guyur-agam-rinjani-dengan-uang-rp15-miliar . (net)

Tridinews.com - Warga negara Indonesia yang turut mengevakuasi jenazah Juliana Marins, Agam Rinjani, menjadi sorotan warga Brasil hingga mendapat hadiah.

Agam merupakan relawan tim search and rescue (SAR) Indonesia dan tergabung dalam komunitas Rinjani Squad.

Platform galang dana Voaa dan Razoes para Acreditar berhasil mengumpulkan dana lebih dari R$500.000 atau Rp1,4 miliar. Lalu pada Senin (30/6) mereka mengumumkan bakal menyumbangkan 100 persen hasil donasi ke Agam.

Mitra pendiri Voaa dan Raozes, Vicente Carvalho, menyatakan betapa berharga donasi tersebut bagi warga Brasil.

"Kami memutuskan untuk mentransfer 100 persen dari jumlah yang terkumpul ke Agam, tanpa potongan biaya apapun," demikian menurut Vicente, demikian dikutip media lokal Brasil, O Dia.

Sebelumnya, mereka panen kritik lantaran menetapkan potongan 20 persen dari hasil donasi yang akan dikirim ke Agam.

"Kami mengerti betapa penting jumlah ini untuk sampai ke dia," imbuh Vicente.

Vicente lantas mengurus seluruh administrasi untuk proses transfer internasional. Mereka berusaha uang itu sampai ke Agam sesegera mungkin.

Sementara itu, Agam telah mengizinkan galang dana tersebut. Dalam siaran langsung bersama organisasi penggalangan dana, dia mengatakan bakal menggunakan uang yang diterima untuk reboisasi gunung-gunung di Indonesia.

Agam juga berjanji akan berbagi hasil penggalangan dana itu untuk rekan-rekan yang terlibat dalam pencarian dan evakuasi jenazah Marins.

Agam meraih popularitas di Brasil usai membagikan operasi penyelamatan secara langsung di media sosial. Pengikut dia mendadak melonjak hingga menjadi 1,5 juta.

O Dia bahkan ikut memberi julukan pahlawan ke dia dengan mengutip label dari netizen.

"Agam yang dijuluki pahlawan oleh pengguna internet meraih popularitas di Brasil," demikian laporan media itu.

Marins tewas usai terjatuh saat mendaki Gunung Rinjani pada 21 Juni sekitar pukul 06.30 WITA. Tim SAR gabungan baru menemukan korban pada 23 Juni pukul 07.05 WITA, atau dua hari setelah insiden.

Lalu pada 24 Juni, tim berhasil menjangkau korban yang berada di kedalaman 600 meter. Namun, jenazah Marins baru berhasil dievakuasi pada 25 Juni dengan cara diangkat dari kedalaman 600 meter.

Dokter Spesialis Forensik Rumah Sakit Bali Mandara Ida Bagus Putu Alit mengatakan hasil autopsi menunjukkan Marins meninggal dunia 20 menit setelah jatuh.

Jenazah Marins lalu diterbangkan ke Brasil dan tiba di Sao Paulo pada 1 Juli. Keluarga, melalui pengacara pembela HAM dan lembaga terkait meminta autopsi ulang.

Autopsi ulang lalu dilakukan pada Rabu untuk memastikan waktu dan penyebab kematian Marins.

Ada dugaan Marins jatuh dua kali dalam insiden tersebut. Di hari pertama dia jatuh saat mendaki, dan keesokan harinya kemungkinan besar pendaki itu jatuh lagi.

Hipotesis utama menyebutkan salah satu jatuh itu menyebabkan cedera yang menyebabkan kematian. Pakar forensik memperkirakan Marins meninggal pada 24 atau 25 Juni.

Editor: redaktur

Komentar