Tridinews.com - Capaian realisasi pendapatan dan belanja daerah dikabarkan mengalami penurunan di pertengahan tahun 2025. Kabar tersebut langsung dibantah Sekretaris Daerah (Sekda) Jawa Barat Herman Suryatman. Herman memastikan kinerja keuangan daerah justru di atas rata-rata nasional.
Hal tersebut disampaikan Herman saat menanggapi kabar yang menyebutkan terjadi penurunan realisasi pendapatan dan belanja daerah. Jabar menurut data Kemendagri, ada di urutan ketiga di bawah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Nusa Tenggara Barat.
"Ya biasa aja, ini kan evaluasinya tiap bulan, tiap minggu. Yang namanya evaluasi kadang, yang lain ada yang penyerapannya tinggi, ada yang masih pengadaan barang jasa, otomatis kalau masih ada pengadaan barang jasa kan, penyerapan belum. Kalau sudah selesai pengadaan barang dan jasa, kemudian pelaksanaan, pasti diserap," jelas Herman, Kamis (10/7/2025).
"Makanya bulan kemarin nomor satu itu Provinsi Jawa Barat. Nomor satu loh, bulan kemarin. Bulan sekarang, Juli, hasil evaluasi Pak Mendagri, Jawa Barat ke posisi ketiga, yang di depan Yogya dan NTB," sambungnya.
Herman juga menyinggung soal perbedaan fiskal antar provinsi, di mana APBD Jabar tahun 2025 yakni Rp31 triliun, jauh lebih besar Yogyakarta maupun NTB. Karenanya, Herman menanggap realisasi pendapatan dan belanja daerah antara Jabar dan daerah lain tidak sebanding.
"Tapi kan fiskalnya beda, Jawa Barat Rp31 triliun, cek Yogya berapa, cek NTB berapa, kan jauh di bawah Jawa Barat. Jadi kita mah uangnya uang gede, ada di posisi atas, berarti kan hebat," jelasnya.
Menurut Herman, hingga Juli 2025, realisasi belanja APBD Jabar telah mencapai 38,79 persen. Capaian ini lebih tinggi dibanding rata-rata nasional yang berada di angka 31,8 persen.
Tak hanya belanja, realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Jawa Barat juga menunjukkan kinerja positif. Dari target yang ditetapkan dalam APBD 2025, PAD Jabar telah tercapai sebesar 44,72 persen, ada di atas rata-rata nasional yang hanya 43,62 persen.
"Jika ada yang menyebut belanja menurun dan pendapatan anjlok, itu tidak benar," tegas Herman.
Editor: redaktur