Tridinews.com - Setidaknya 20 orang dilaporkan hilang selama demonstrasi besar yang berlangsung sejak 25 Agustus 2025.
Kepolisian mengklaim telah menahan lebih dari 1.200 orang di Jakarta sejak 25 Agustus.
Aksi yang awalnya menolak fasilitas dan gaji tinggi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) ini berkembang menjadi protes luas terhadap aparat keamanan dan kebijakan pemerintah.
Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) menyebut, hingga 1 September terdapat 23 laporan orang hilang, namun 20 di antaranya belum ditemukan.
"Mereka dilaporkan hilang di Bandung, Depok, serta wilayah administratif Jakarta Pusat, Timur, dan Utara."
"Satu insiden terjadi di lokasi yang tidak diketahui," tulis KontraS dalam keterangan, dikutip dari Straits Times.
Hindustan Times mencatat, sedikitnya sembilan orang tewas sejak aksi dimulai, termasuk kasus driver ojek online (ojol), Affan Kurniawan, yang tewas dilindas kendaraan taktis Brimob.
Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmen pemerintah untuk menindak tegas aparat keamanan yang terbukti bersalah dalam insiden tewasnya Affan Kurniawan di kawasan Pejompongan, Jakarta.
Ia meminta proses pemeriksaan dilakukan secara cepat, transparan, dan terbuka untuk publik.
"Terhadap petugas yang kemarin melakukan kesalahan atau pelanggaran, saat ini kepolisian telah melakukan proses pemeriksaan."
"Saya minta dilakukan cepat, transparan, dan dapat diikuti secara terbuka," ujar Prabowo.
Tunjangan DPR Dibatalkan
Presiden juga menyampaikan, pimpinan DPR RI telah sepakat untuk mencabut sejumlah kebijakan yang menjadi sorotan publik, termasuk besaran tunjangan anggota DPR dan moratorium kunjungan kerja ke luar negeri.
Langkah ini diambil sebagai respons atas tuntutan masyarakat yang menilai kebijakan tersebut tidak berpihak kepada rakyat.
Prabowo menambahkan, beberapa anggota DPR yang menyampaikan pernyataan keliru telah dinonaktifkan oleh ketua umum partai masing-masing.
Ia menekankan tindakan tegas ini merupakan bentuk tanggung jawab politik terhadap aspirasi rakyat.
Dalam penjelasannya, Prabowo juga mengingatkan anggota DPR harus selalu peka terhadap kepentingan masyarakat.
"Para pimpinan DPR telah berbicara dan para ketum partai sudah menyampaikan melalui ketua fraksi masing-masing bahwa anggota DPR harus selalu peka dan berpihak kepada kepentingan rakyat," tegasnya.
PBB Serukan Penyelidikan Independen
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan penyelidikan independen.
"Kami memantau dugaan penggunaan kekuatan yang tidak perlu atau tidak proporsional oleh pasukan keamanan," kata juru bicara Kantor HAM PBB, Ravina Shamdasani, dikutip dari AFP.
Media sosial dipenuhi tuduhan kekerasan berlebihan, termasuk penggunaan gas air mata dan peluru karet di sekitar kampus mahasiswa.
Polisi membantah melakukan penyerbuan ke kampus mahasiswa, sementara sejumlah universitas menyatakan mahasiswanya tidak memicu kerusuhan.
Bentrokan juga terjadi di Bandung, Palembang, Yogyakarta, Makassar, hingga Gorontalo.
Kerusuhan yang meletus di berbagai kota memaksa Presiden Prabowo Subianto mengubah sikap terkait tunjangan anggota parlemen.
Mengantisipasi eskalasi lebih lanjut, TikTok menangguhkan fitur siaran langsung di Indonesia sejak 30 Agustus, mengingat platform ini memiliki lebih dari 100 juta pengguna di tanah air.
Korban Tewas Demo di Indonesia
Sedikitnya sembilan orang tewas selama demo terjadi, termasuk akibat insiden kebakaran dan penjarahan.
Affan Kurniawan (21), pengemudi ojek online — tewas setelah terlindas mobil rantis Brimob di Jakarta.
Muhammad Akbar Basri (Abay) (26), staf DPRD Makassar — terjebak dalam gedung DPRD yang dibakar massa.
Sarinawati (26), staf pendamping anggota DPRD Makassar — juga meninggal akibat kebakaran gedung.
Saiful Akbar (43), Plt Kepala Seksi Kesra di Palopo — tewas setelah terjebak dan terjatuh di gedung DPRD Makassar yang terbakar.
Rusdamdiansyah (25), pengemudi ojek online di Makassar — dikeroyok massa yang mengira ia intel.
Sumari (60), tukang becak di Solo — meninggal saat tidur di becaknya akibat sesak napas dipicu gas air mata.
Rheza Sendy Pratama (21), mahasiswa di Yogyakarta — tumbang saat unjuk rasa, meninggal di rumah sakit.
Andika Lutfi Falah (16), siswa SMK di Tangerang — mengalami luka parah kepala dan meninggal beberapa saat kemudian.
Iko Juliant Junior (19), mahasiswa di Semarang — meninggal setelah diinformasikan mengalami luka serius saat aksi.