Indonesia peringkat 2 dunia kasus TBC, Ini Penyebabnya

indonesia-peringkat-2-dunia-kasus-tbc-ini-penyebabnya . (net)

Tridinews.com - Indonesia menjadi salah satu negara dengan kasus tuberkulosis (TBC) terbanyak di dunia. Indonesia menduduki peringkat kedua di dunia, di bawah India, dengan total 1.090.000 kasus dan 125 ribu kematian.

India diperingkat pertama memiliki 2,8 juta kasus dengan 315 ribu angka kematian dan di bawah Indonesia ada China dengan 741 kasus dengan 25 ribu angka kematian.

Sebenarnya apa yang membuat kasus TBC di Indonesia begitu tinggi?

Spesialis paru dr Erlang Samoedro, SpP(K) berpendapat ada banyak faktor yang memicu tingginya kasus TBC di Indonesia. Beberapa di antaranya status gizi yang cenderung rendah dan angka stunting yang masih cukup tinggi.

Selain itu, ia juga menyoroti masih banyaknya orang dengan penyakit penyerta atau komorbid yang masih belum tertangani dengan baik, misalnya orang yang terinfeksi human immunodeficiency virus (HIV) atau pengidap diabetes.

"Komorbid yang menyebabkan terinfeksi TB lebih rentan ya. Terus kemudian ada, karena kita penduduknya padat, itu juga memudahkan terjadinya transmisi antara orang, penularan TB jadi lebih cepat," jelas dr Erlang dikutip dari detikcom, Selasa (27/5/2025).

"Sehingga Indonesia ini sebenarnya sudah jadi endemik ya, karena kita penduduknya cukup padat, sehingga penyakit-penyakit seperti TB ini jadi penyakit yang ada di mana-mana gitu, pada semua kalangan," sambungnya.

dr Erlang juga menyoroti pentingnya vaksin TBC M72 yang kini sedang masuk dalam tahap uji klinis fase 3. Indonesia menjadi salah satu negara yang melaksanakan uji klinis tersebut.

Ketika di sebagian kalangan masyarakat masih ada keraguan, ia menekankan vaksin yang diberi nantinya sudah melalui uji keamanan dan efikasi yang panjang. Meski kemungkinan efek samping selalu ada, vaksin hanya akan dibagikan pada masyarakat saat sudah terbukti aman.

Sehingga, masyarakat sebenarnya tidak perlu khawatir secara berlebihan.

"Ya (pasti diperiksa dulu), itu dari protokolnya. Kemudian semua yang dilakukan apabila ada sesuatu yang di luar (perkirakan), misalnya ada alergia dan segala macam, itu harus cepat diatasi dan peneliti bertanggung jawab untuk itu," kata dr Erlang.

"Begitu, ada kejadian satu kejadian saja itu langsung distop biasanya. Jadi ada protokol-protokol keamanan, uji coba keamanannya," tandasnya.

Editor: redaktur

Komentar