Tridinews.com - India merupakan salah satu negara di Asia yang mengalami kenaikan kasus COVID-19. Menurut data Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan India, ada 3.395 kasus aktif COVID-19 hingga Sabtu pagi. Jumlah tersebut naik sekitar 1.200 persen bila dibandingkan dengan pekan lalu.
India memiliki 257 kasus aktif pada 22 Mei dan 1.010 pada 26 Mei. Sedangkan pada 27-28 Mei, tercatat sebanyak 685 kasus COVID-19 baru dengan empat kematian.
Dikutip dari NDTV, Kerala menjadi negara bagian dengan jumlah kasus tertinggi dengan 189 kasus baru pada 27 Mei, dan memiliki 1.336 kasus aktif. Posisinya diikuti Maharashtra 467 kasus, Delhi 375 kasus, Gujarat 265 kasus, Karnataka 234 kasus, Benggala Barat 205 kasus, Tamil Nadu 185 kasus, dan Uttar Pradesh 117 kasus.
Lalu, ada juga Rajasthan dengan 60 kasus, Puducherry 41 kasus, Haryana 26 kasus, Andhra Pradesh 17 kasus dan Madhya Pradesh 16 kasus. Sepanjang tahun 2025, India mencatat 26 kematian akibat COVID-19.
Indian Council of Medical Research (ICMR) menyatakan hasil sekuens genom terhadap sampel di wilayah barat dan selatan menunjukkan varian baru tersebut merupakan sub-varian omicron. Strain tersebut menjadi penyebab gelombang besar COVID di India pada tahun 2022.
"Varian tersebut adalah LF.7, XFG, JN.1, dan NB.1.8.1. Tiga varian pertama lebih umum," kata Kepala ICMR, Dr Rajiv Behl.
Dr Rajiv juga telah mengonfirmasi telah terjadi peningkatan kasus COVID-19 di wilayah selatan, kemudian barat, dan sekarang utara India. Menurutnya, semua kasus dipantau melalui Integrated Disease Surveillance Programme (IDSP).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bulan lalu telah mengklasifikasikan subvarian LF.7 dan NB.1.8.1 sebagai Variant Under Monitoring (VUM). WHO menyarankan vaksinasi booster sebagai langkah pencegahan keparahan gejala, khususnya untuk kelompok rentan.
"Meskipun terjadi peningkatan kasus dan rawat inap di beberapa negara tempat NB.1.8.1 tersebar luas, data saat ini tidak menunjukkan bahwa varian ini menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada varian lain yang beredar," kata WHO.
Editor: redaktur