Tridinews.com - Wakil Menteri Sosial (Wamensos) Agus Jabo mengatakan Sekolah Rakyat bukan hanya membuka akses pendidikan bagi anak-anak dari keluarga miskin, namun juga misi negara untuk memutus rantai kemiskinan antar-generasi.
"Pak Presiden tidak ingin kalau orang tuanya kurang mampu, orang tuanya miskin, anaknya ikut miskin. Kedua, Pak Presiden ingin memuliakan orang-orang yang kurang mampu," kata Wamensos Agus dalam keterangan di Jakarta pada Kamis.
Ia menyebutkan pihaknya membuka dua titik Sekolah Rakyat di Magelang yaitu di Sentra Antasena Magelang dan di Gedung Pusdiklat Tegalrejo.
Keduanya, kata Wamensos, ditargetkan mulai berjalan pada Juli 2025. Seluruh kebutuhan siswa seperti kurikulum, guru, kepala sekolah, asrama, seragam, dan peralatan belajar, tengah disiapkan secara menyeluruh serta gratis.
"Pak Presiden ingin anak-anak Indonesia bisa sekolah setinggi-tingginya. Di situlah negara harus hadir," ucap Wamensos.
Program ini, lanjut dia, sejalan dengan upaya pemerintah pusat dan daerah untuk menekan angka kemiskinan.
Sementara itu pada kesempatan yang sama, Bupati Magelang Grengseng Pamuji menyatakan dukungan penuh terhadap Program Sekolah Rakyat.
"Kita mendorong bahwa ilmu pengetahuan menjadi dasar pengentasan kemiskinan di Kementerian Sosial (Kemensos) hari ini dengan Sekolah Rakyat," kata Grengseng.
Ia juga menambahkan Sekolah Rakyat selaras dengan program Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Magelang.
"Nanti kita juga ada (program) seribu mahasiswa per tahun, jadi itu kan seiring. Dengan ini harapannya graduasi kemiskinan Kabupaten Magelang, bisa (meningkat)," katanya.
Salah satu calon siswa Sekolah Rakyat di Magelang ialah Anisa Dwi Pangestu (15). Ia dinyatakan siap menjadi salah satu calon siswa Sekolah Rakyat, program pendidikan yang digagas Presiden Prabowo untuk anak-anak dari keluarga miskin ekstrem tersebut.
Anisa hidup bersama lima anggota keluarganya. Ayahnya Heryanto (47) bekerja sebagai pencari rongsok keliling, sementara sang ibu Siti Kusriyatun (44) ibu rumah tangga. Kakaknya Deni (22) bekerja di kios martabak, adiknya Laelatul (8) duduk di bangku SD, dan Syahrul (5) masih TK.
Dengan penghasilan keluarga tak lebih dari Rp1,5 juta per bulan, masa depan Anisa sempat terhenti di bangku SMP. Namun begitu, harapan mewujudkan cita-citanya bangkit sejak adanya Sekolah Rakyat.
Lewat program ini masa depan anak-anak dari keluarga termiskin pun bisa diselamatkan. Bukan dengan belas kasihan, tetapi lewat pendidikan berkualitas yang difasilitasi negara.
Editor: redaktur