Tridinews.com - Serangan drone yang diluncurkan militer Ukraina terhadap armada pesawat pengebom Rusia akan segera mendapatkan balasan. Kondisi ini membuat Moskow tidak siap untuk "perdamaian segera".
Serangan mengejutkan Ukraina terhadap pangkalan udara Rusia pada hari Minggu lalu, menghancurkan beberapa pesawat pengebom berkemampuan nuklir senilai miliaran dolar AS. Hal ini mendominasi percakapan telepon antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Rabu (4/6) waktu setempat.
"Presiden Putin mengatakan, dan dengan sangat tegas, bahwa ia harus membalas serangan baru-baru ini di lapangan udara," kata Trump dalam sebuah unggahan di jejaring sosial Truth Social miliknya, setelah panggilan telepon dengan Putin yang katanya berlangsung selama satu jam 15 menit.
"Itu adalah pembicaraan yang bagus, tetapi bukan pembicaraan yang akan mengarah pada perdamaian segera," imbuh Trump, dilansir kantor berita AFP, Kamis (5/6/2025).
Moskow menyebut panggilan telepon tersebut, yang juga berfokus pada negosiasi mengenai program nuklir Iran, sebagai "positif" dan "produktif". Moskow menambahkan bahwa Trump telah memberi tahu Putin, bahwa Washington tidak diberi tahu sebelumnya tentang serangan drone Ukraina tersebut.
Serangan 117 drone oleh Ukraina ke pangkalan udara Rusia tersebut mengenai 41 pesawat, termasuk beberapa pesawat pengebom jarak jauh supersonik Tu-22M dan Tu-95.
Moskow mengonfirmasi lapangan udaranya terkena serangan dari pelaku yang mereka sebut 'teroris Ukraina'. Analis yang menggunakan citra satelit mengonfirmasi 13 pesawat, yakni delapan Tu-95, empat Tu-22M, dan satu An-12, hancur atau rusak.
Menurut pengamat, serangan tersebut menghancurkan citra Rusia sebagai negara adikuasa nuklir dengan jangkauan global. "Serangan ini secara tidak sengaja membantu Barat karena menargetkan potensi nuklir Rusia," kata Letnan Jenderal Ihor Romanenko, mantan wakil kepala staf militer Ukraina.
Trump tidak menyebutkan apakah ia telah mendesak Putin untuk tidak membalas dendam terhadap Ukraina yang merupakan sekutu AS.
Presiden AS itu telah berulang kali membuat pemerintah Ukraina dan para pendukungnya khawatir dengan sikapnya yang condong ke Putin. Namun, Trump juga menunjukkan rasa frustrasi yang semakin besar terhadap Putin -- minggu lalu menyebutnya "gila" -- karena Rusia terus melakukan serangan dan menggagalkan janji kampanye Trump untuk mengakhiri perang segera.
Editor: redaktur