Tridinews.com - Program pengriman siswa 'nakal' ke barak TNI untuk dibina terus bergulir. Setelah pemerintah kabupaten Purwakarta mengirimkan puluhan siswa bermasalah, kini pemerintah Kota Bandung juga mengirimkan 50 siswa SMA dan SMK di Kota Bandung dikirim ke barak militer yang berada di Rindam III/Siliwangi, Kecamatan Cikole, Kabupaten Bandung Barat. Mereka mengikuti program pembinaan dan pendidikan karakter yang digagas Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Program ini menuai tanggapan dari Ketua DPRD Kota Bandung, Asep Mulyadi. Menurutnya, secara umum program tersebut positif sebagai solusi jangka pendek untuk membina siswa yang dianggap bermasalah. Namun, Asep menilai ada sejumlah catatan agar pelaksanaannya tepat sasaran.
"Ya, secara umum sih bagus ya, setuju. Cuma kan harus dipastikan apa syarat-syarat dan karakteristik untuk yang dimasukin ke barak itu. Terus siapa yang menentukan anak ini bermasalah, itu artinya kan harus ada rekomendasi juga dari guru, dari orang tua, gitu kan," kata Asep kepada wartawan, Kamis (8/5/2025).
Asep juga menyoroti aspek kesehatan. Ia meminta agar sebelum siswa masuk barak dilakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh untuk mencegah penyebaran penyakit. "Mengantisipasi ya kalau di barak itu ada hal lain yang tidak diinginkan, tapi juga harapannya memang dengan begini kan ini sebagai alternatif awal ya artinya karena anak-anak yang tadi yang dianggap bermasalah harus ada solusi," ungkapnya.
Lebih jauh, Asep menilai peran orang tua sangat krusial dalam membentuk karakter anak. Ia mengingatkan agar program ini tidak dijadikan pelarian oleh orang tua yang tidak mampu mendidik anak dengan baik di rumah.
"Satu sisi memang saya melihat ini faktor orang tua, artinya bagaimana orang tua dalam memberikan teladan, memberikan contoh dan memberikan kepemimpinan kepada anak-anaknya," ujarnya.
"Jangan sampai ada kesan anak-anak dimasukin ke barak ini malah orang tua sengaja gitu menitipkan, padahalkan tanggung jawab buat anak-anak ya tetap saja itu adalah tanggung jawab orang tua. Karena sekarang ini yang dibutuhkan kan sosok-sosok teladannya di keluarga, saya khawatir ini juga menjadi gunung es munculnya anak-anak yang memang perlu ada pengawasan lebih kuat ini karena memang faktor di keluarga," jelasnya.
Menurutnya, pembinaan di barak harus dibarengi dengan pendekatan mental dan spiritual agar hasilnya lebih maksimal. Ia khawatir jika anak-anak dengan permasalahan serupa dikumpulkan tanpa pendekatan yang tepat, justru bisa memunculkan dampak baru.
"Jangan sampai memang anak-anak yang sekarang masuk ke barak juga malah bertemu dengan orang-orang satu tipe gitu loh. Satu tipe gitu kan, terus yang berikutnya tidak cukup hanya pembinaan di barak, kemudian visi kedisiplinannya penting," tuturnya.
"Tapi juga menurut saya ada hal-hal yang perlu diperkuat buat anak-anak ini termasuk juga terkait dengan akhlak. Artinya perlu dibarengi dengan pembinaan dari sisi mental dan spiritualnya," tambahnya.
Asep menegaskan program ini perlu dievaluasi secara berkala dan dilengkapi dengan kebijakan yang lebih komprehensif. Ia berharap ada upaya berkelanjutan pascapembinaan, bukan hanya saat siswa berada di barak.
"Tetap ini tanggung jawab keluarga. Kalau pemerintah kan hanya memberikan stimulus, berikan sarana supaya bagaimana generasi penerus ini semakin baik ke depan. Tapi tanggung jawab itu bermula dari keluarga, kalau dimulai dari keluarga yang baik, keluarga yang teladan, kemudian perhatian dari orang tua kepada anak-anaknya diberikan, ya ini sebetulnya akan menjadi solusi yang terbaik," ucapnya.
Editor: redaktur