Tridinews.com - Akademisi asal Indonesia, Muhammad Zulfikar Rakhmat, sempat diinterogasi dan diperiksa di Bandara Changi, Singapura. Kabar tersebut dikonfirmasi oleh Kementerian Dalam Negeri Singapura (MHA), pada Kamis (15/5).
MHA mengatakan pada 2023, Zulfikar juga pernah dua kali diperiksa karena menarik perhatian keamanan Bandara Changi. Salah satunya karena Zulfikar pernah membuat unggahan daring yang dinilai mendukung tindakan ISIS.
Pada dua kesempatan saat 2023 tersebut, seperti diberitakan Channel News Asia pada Kamis (15/5), ia kemudian diizinkan masuk untuk menaiki penerbangan berangkat keesokan harinya.
"Kami tidak akan ragu untuk mengambil tindakan, termasuk berhenti di pos pemeriksaan kami untuk pemeriksaan dan wawancara, atau bahkan menolak masuk ke Singapura, setiap orang asing yang kami nilai dapat menimbulkan ancaman keamanan bagi negara dan masyarakat kami," kata MHA.
"Masuk ke Singapura adalah sebuah keistimewaan, bukan hak, dan orang asing tidak boleh berharap untuk diberikan izin masuk secara otomatis, atau diizinkan masuk tanpa pemeriksaan sebagaimana yang kami anggap perlu," sambung MHA.
Dalam sebuah artikel yang dipublikasikan di situs Middle East Monitor, Zulfikar menceritakan ia ditahan dan diinterogasi di Bandara Changi dua kali pada 2023 karena pekerjaannya sebagai akademisi dan jurnalis yang menulis tentang urusan Timur Tengah, khususnya Palestina.
Insiden pertama terjadi pada Februari 2023 saat transit melalui Singapura bersama istrinya dalam perjalanan kembali ke Indonesia dari Korea Selatan.
Ia mengaku dihentikan di imigrasi dan dibawa ke sebuah ruangan tempat ia diinterogasi tentang latar belakangnya, riwayat perjalanannya di Timur Tengah, serta karya akademis dan jurnalistiknya. Ia juga mengklaim ponselnya disita dan diperiksa.
Ia menambahkan insiden serupa terjadi pada September 2023 saat ia melewati Singapura dalam penerbangan dari Korea Selatan ke Indonesia.
Zulfikar adalah direktur bagian Indonesia-Timur Tengah dan Afrika Utara di Center of Economic and Law Studies (CELIOS). Ia juga merupakan peneliti afiliasi di Institut Timur Tengah Universitas Nasional Singapura (NUS).
Di situs NUS Middle East Institute, ia tercantum sebagai penerima kehormatan dari departemen penelitiannya dan digambarkan sebagai profesor penelitian di Universitas Studi Luar Negeri Busan.
Editor: redaktur