Warga Gaza dibayangi zat beracun dari asbes

warga-gaza-dibayangi-zat-beracun-dari-asbes . (net)

Tridinews.com - Serangan Israel terhadap Palestina bukan hanya merenggut korban jiwa, melainkan menghancurkan bangunan hingga porak poranda. Di balik reruntuhan bangunan tersebut, muncul 'pembunuh senyap' yang kehadirannya tak disadari oleh warga Palestina yakni zat beracun dari asbes.

Asbes merupakan material bangunan yang biasanya digunakan sebagai atap. Ada pula yang menggunakan asbes sebagai pagar atau dinding, seperti pada rumah semi permanen.

Penggunaan asbes sebagai material bangunan ditemukan di hampir seluruh dunia termasuk di tanah Palestina. Sebenarnya sudah banyak peringatan untuk tidak menggunakan asbes pada hunian karena berbahaya. Namun, pasti ada bangunan tua yang masih menggunakan asbes sehingga hal ini tak bisa dihindari.

Baru-baru ini BBC kembali melaporkan hasil riset yang dilakukan oleh the United Nations Environment Programme (UNEP) pada Oktober 2024 lalu yang menemukan bahwa sekitar 2,3 juta ton puing di Gaza berpotensi terkontaminasi asbes.

"Puing-puing Gaza adalah lingkungan yang sangat, sangat beracun," kata Profesor Bill Cookson, direktur Pusat Penelitian Mesothelioma Nasional di London, dikutip dari BBC, Selasa (6/5/2025).

"Orang-orang akan terjangkit secara akut, tetapi juga dalam jangka panjang, hal-hal yang mungkin dibawa anak-anak sepanjang hidup mereka," jelasnya.

Mungkin di antara detikers ada yang bertanya-tanya, apa sebenarnya bahaya dari pemakaian asbes? Kenapa bisa mengancam padahal asbes merupakan material bangunan yang cukup banyak dipakai?

Asbes memiliki serat-serat halus tak kasat mata. Menurut Dinkes DKI Jakarta, ukuran serat tersebut sangat kecil, berdiameter kurang dari 3 mikrometer atau lebih tipis dari 1/700 helai rambut.

Serat tersebut bisa jatuh atau beterbangan kapan saja. Ketika bangunan hancur, otomatis asbes-asbes tersebut akan patah dan hancur. Saat terjadi patahan tersebut pasti ada serat-serat yang beterbangan di udara. Serat ini apabila terhirup oleh manusia dapat mengendap di paru-paru dan berbahaya bagi kesehatan.

BBC mengatakan serat tersebut akan berada di paru-paru selama bertahun-tahun. Semakin banyak yang terserap dan tidak disadari oleh orang tersebut, maka akan terjadi kerusakan dan menurunkan kinerja pada paru-paru. Penyakit yang ditimbulkan karena serat asbes ini biasanya disebut dengan asbestosis. Serat asbes juga dapat menimbulkan penyakit lain yakni kanker paru-paru agresif atau mesothelioma.

"Hal yang paling mengkhawatirkan adalah penyakit itu muncul tidak terkait dengan dosis. Jadi, menghirup serat asbes dalam jumlah kecil pun dapat menyebabkan mesothelioma berikutnya. Kanker ini tumbuh di rongga pleura. Sangat menyakitkan. Selalu terlambat didiagnosis. Dan cukup resistan terhadap semua pengobatan," jelas Cookson.

Kebanyakan kasus, pasien baru didiagnosa mengalami mesothelioma setelah serat tersebut mengendap selama 20-60 tahun setelah terpapar. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat paparannya, dapat memicu penyakit lebih cepat berkembang.

Lantas, apakah bisa disembuhkan?

Dilansir dari Healthline, penyakit asbestosis atau penyakit lain yang disebabkan oleh serat asbes tidak dapat disembuhkan. Penderita hanya dapat melakukan perawatan untuk mengurangi gejalanya dan itu harus sesuai dengan arahan dokter. Lalu, mengubah gaya hidup juga penting seperti berhenti merokok.

Selain sulit disembuhkan, mengurangi risiko terpapar serat halus dari asbes di wilayah Gaza juga disebut susah dicegah.

"Saat ini, (menghirup debu) bukanlah sesuatu yang dianggap mengkhawatirkan oleh penduduk. Mereka bahkan tidak punya makanan. Mereka lebih takut terbunuh oleh bom," kata Chiara Lodi, koordinator medis di Gaza untuk LSM Médecins Sans Frontières.

"Kurangnya kesadaran tentang risiko asbes, ditambah sulitnya warga di Gaza untuk membangun kembali kehidupan mereka, tidak heran jika mereka tidak mampu mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi diri mereka sendiri," kata juru bicara LSM SOS Children's Villages yang berkantor pusat di Gaza.

Editor: redaktur

Komentar