Tridinews.com - Program pendidikan militer di mana siswa di Jawa Barat masuk barak ternyata bukan hanya untuk para siswa bermasalah atau nakal.
Gubernur Jabar Dedi Mulyadi pun mengungkap rencana program militer tersebut ke depannya.
Menurutnya, anak-anak berprestasi nan pintar di Jabar pun rencananya akan dimasukkan ke barak militer untuk dilatih disiplin.
Dilansir dari Tribun Bogor, hal tersebut disampaikan Dedi Mulyadi usai meninjau puluhan siswa yang dilatih militer di wilayah Bandung beberapa waktu lalu.
Dedi Mulyadi yang melihat para siswa nakal 'betah' di barak militer jadi punya ide lain.
Dia ingin para Ketua OSIS di SMA Jabar agar diikutsertakan juga dalam latihan militer di barak TNI.
"Ini role model, habis ini selesai ini, nanti para Ketua OSIS latihan di sini," pungkas Dedi Mulyadi dilansir dari laman Youtube-nya, Senin (5/5/2025).
Selain ketua OSIS, Dedi juga ingin para siswa pintar dan berprestasi di sekolah-sekolah Jabar agar ikut latihan militer juga.
KDM berencana untuk memasukkan para siswa bepretasi tersebut ke barak militer agar mendapatkan pendidikan kepemimpinan.
"Nanti anak-anak terbaik, yang pintar-pintar di sekolahnya kirim ke sini, latihan dasar kepemimpinan. Jadi nanti setiap sekolah SMA kirim siswa-siswa terbaik untuk pendidikan (militer)," imbuh Dedi Mulyadi.
Tujuannya satu, Dedi ingin agar kelak siswa Jabar calon-calon ahli di bidang sains bisa menghayati memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat.
Tak hanya pintar di akademik, para siswa diharapkan menjadi sosok pemimpin juga.
"Agar nanti dia jadi saintis, ahli matematika, ahli fisika, punya dasar merah putih yang kuat, gitu," imbuh Dedi Mulyadi.
Baca juga: Kebijakan Pendidikan Militer Berpotensi Melanggar Hak Anak? Begini Penjelasan Kanwil KemenHAM Jabar
Siswa gemulai juga bakal dilatih militer
Sebelumnya, Dedi Mulyadi juga sempat mengurai rencananya untuk memasukkan siswa gemulai agar dilatih militer.
Diungkap Dedi, ia banyak menerima usulan dari publik agar remaja pria yang berkelakuan seperti wanita untuk masuk barak militer juga.
Usulan tersebut kata Dedi akan segera ia realisasikan.
"Kita satu-satu dulu deh, memang ada tuh di komentar 'Pak Gubernur, anak-anak yang gemulai suruh pendidikan militer, biar tegap'," ungkap Dedi Mulyadi.
Tadinya Dedi hendak menggabungkan para siswa gemulai tersebut dengan anak-anak bermasalah yang saat ini sudah mulai ikut latihan militer.
Namun diungkap Dedi, ia akan merealisasikan latihan militer untuk anak-anak gemulai di waktu mendatang.
Dedi ingin fokus pada siswa nakal tersebut dahulu.
"Bisa saja (kirim siswa gemulai), yang penting ini fokus dulu deh yang bikin resah. Karena kriminalnya sudah pembunuhan," ujarnya.
Sementara itu, program Dedi Mulyadi soal memasukkan para siswa nakal ke barak militer menuai pro dan kontra.
Kritikan keras diurai Komnas HAM atas kebijakan sang Gubernur Jawa Barat.
Kata Ketua Komnas HAM, Atnike Nova Sigiro, program Dedi Mulyadi tersebut harus dievaluasi.
Sebab kata Atnike, pendidikan untuk masyarakat sipil bukan kewenangan dari lembaga militer.
Diungkap Atnike, sebenarnya tidak masalah jika para siswa nakal diajak ke barak militer hanya untuk edukasi pendidikan karir masa depan.
Tapi Atnike sangsi jika anak-anak tersebut dilatih militer seperti TNI.
Karena kata Atnike, hal itu justru menjadikan latihan militer sebagai hukuman kepada anak-anak nakal tersebut.
"Itu proses di luar hukum kalau tidak berdasarkan hukum pidana anak di bawah umur," ujar Atnike dikutip dari Kompas.com.
Kebijakannya ramai dikritik, Dedi Mulyadi tetap tancap gas.
Diungkap Dedi, ia hanya menjalankan permintaan para orangtua yang meminta bantuan lantaran perangai anak-anaknya yang sulit dikendalikan karena kenakalan remaja.
"Yang mengarah ke tindakan-tindakan kriminal, dan orang tuanya tidak punya kesanggupan untuk mendidik. Artinya bahwa yang diserahkan itu adalah siswa yang oleh orang tua di rumahnya sudah tidak mampu lagi mendidik. Jadi kalau orang tuanya tidak menyerahkan, kita tidak menerima" kata Dedi Mulyadi.
Saat meninjau langsung para siswa nakal di barak militer, Dedi pun mendapatkan testimoni langsung dari mereka.
Bahwa anak-anak merasa senang dan terbantu dengan pendidikan militer yang mereka jalani.
"Gimana gak happy, gizinya cukup, istirahat cukup, olahraganya cukup, sistem pembelajaran di sekolah cukup," pungkas Dedi.