KDM : Mending disebut 'Gubernur Konten', daripada 'Gubernur Molor'

kdm-mending-disebut-gubernur-konten-daripada-gubernur-molor . (net)

Tridinews.com - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi membongkar sumber uang yang selama ini ia bagikan ke masyarakat.

Hal itu ia sampaikan ketika menjadi pemimpin upacara peringatan Hari Kebangkitan Nasional di Gedung Sate, Selasa (20/5/2025).

Saat berpidato, Dedi Mulyadi mengatakan akan memberikan bonus kepada para petugas yang akan berdinas saat upacara peringatan HUT RI 17 Agustus mendatang.

Tidak tanggung-tanggung, Dedi Mulyadi pun berencana akan mengeluarkan kocek Rp25 juta per orang.

Adapun, petugas upacara tersebut nantinya adalah para siswa yang mengikuti program Sekolah Kebangsaan di Dodik Lembang.

"Saya ngasih bonus untuk petugas upacara dari Dodik ini Rp25 juta untuk dibawa pulang ke rumahnya masing-masing," tutur Dedi Mulyadi.

"Dapat uang saku, makannya enak, tidurnya nyenyak, berubah mental, bajunya bagus, pulang dapat bonus, gratis lagi," tambah dia.

Selain untuk petugas upacara dari siswa didik, Dedi Mulyadi pun akan mengeluarkan bonus yang sama bagi petugas lainnya.

"Tentunya buat petugas yang lain juga kami siapkan Rp25 juta," jelasnya.

Kemudian, Dedi Mulyadi pun langsung membeberkan sumber dana bonus tersebut.

"Nanti ditanya lagi, 'Itu duit dari mana?' ladang ngonten!" kata Dedi Mulyadi, disambut tawa peserta upacara.

"Saya selalu ditanya, 'Pak Dedi, duitnya dari mana? Ngonten?' Habis itu dipermasalahin lagi," imbuhnya.

Mantan Bupati Purwakarta itu menyebut, dirinya lebih baik dikenal sebagai "Gubernur Konten" daripada gubernur yang kerjanya tidak langsung terlihat.

"Gubernur konten lebih baik, punya duit diberikan kepada rakyat, daripada 'gubernur molor'," tuturnya.

"Daripada 'gubernur tidur', 'gubernur protokoler', 'gubernur ingin dihargai', 'gubernur menghabiskan anggaran jalan-jalan ke luar Negeri', teu hayang teuing(tidak mau)," ucapnya.

Dedi Mulyadi Peluk Siswa

Adapun, setelah melaksanakan upacara, Dedi Mulyadi melepas peserta pendidikan berkarakter kembali ke orang tuanya.

Sebelumnya, para peserta telah mengikuti pendidikan di Dodik Bela Negara Rindam III/Siliwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat selama dua pekan.

Saat itu, para peserta dipersilakan mencari orang tua atau keluarga untuk meminta maaf. Mereka pun sujud di kaki ibunya masing-masing.

Namun, terdapat sejumlah peserta yang ternyata sudah tidak memiliki ayah atau ibu. 

Mengetahui hal itu, Dedi langsung memeluk para peserta itu dan menyatakan siap menjadi ayah asuh mereka.

"Saya enggak tahu ya jumlahnya, banyak banget. Ya, pokoknya mereka yang hari ini orang tuanya enggak datang atau mereka yatim piatu, langsung jadi anak saya," katanya.

Dedi pun bakal menjamin seluruh biaya pendidikan anak asuhnya hingga ke perguruan tinggi.

"Nanti tinggal di Bandung dan saya sekolahkan, saya persiapkan jadi TNI, Polri, saya persiapkan kuliah, kalau memang mereka menginginkan," katanya.

Dedi mengatakan, program ini lahir dari rasa sayang dan peduli terhadap nasib para remaja di Jabar. Dia merasakan bagaimana kebahagiaan para orang tua saat bertemu kembali dengan anak-anaknya. 

"Ini adalah rasa, karena itu saya sampaikan apa yang saya lakukan, dasarnya hati. Kalau yang saya lakukan dasarnya hati, maka diterimanya oleh rasa dan melahirkan cinta," katanya.

Melalui program ini, Dedi mengaku sedang membangun hubungan pemerintah dengan rakyat. 

Tujuannya, agar rakyat bisa merasakan bahwa negara hadir di tengah persoalan yang mereka hadapi, terkhusus soal kenakalan remaja.

"Ini urusan rasa, bukan urusan-urusan administrasi kenegaraan," ucapnya.

Program ini, kata dia, adalah jawaban untuk pihak-pihak yang meragukan kebijakannya yang menyerahkan siswa bermasalah kepada TNI untuk dididik dan dibina agar bisa semakin baik.

"Jadi ini salah satu bukti, banyak orang meragukan apa yang dilakukan oleh Pemprov Jabar, tetapi akhirnya waktu yang menjawab," ucapnya.

Editor: redaktur

Komentar