DIDADAMEDIA, Bandung - Jadi abdi negara, tidaklah mudah. Seorang yang diangkat sumpah menjadi abdi negara, berarti dia harus rela mengorbankan diri, bahkan nyawanya sendiri, untuk negara.
Hanya orang-orang bermental baja yang dapat jadi seorang abdi negara. Mereka rela dididik secara keras, tinggal jauh bersama dan meninggalkan keluarganya, saat merah putih memanggil.
Tapi tak berarti mereka tidak ingin, menjadi layaknya seperti kita, memiliki waktu berkumpul, bermain, dan bersenda gurau dengan keluarga ataupun kerabat.
"Pertama-tama sedih, tapi lama-lama saya bisa bekerjasama dengan perasaan saya, untuk tidak larut dalam kesedihan," ujar Santhi Rianawati.
Santhi adalah seorang perwira menengah yang bertugas di Polrestabes Bandung. Dengan pangkat yang bersandar di pundaknya, tentu saja jabatan yang diembannya, sangat berat.
Terhitung baru dua tahun ini, Santhi menjabat sebagai Kasubag Humas Polrestabes Bandung. Dirinya harus terus berada di garis depan setiap kegiatan ataupun kejadian, untuk memberikan informasi cepat, kepada media agar segera disiarkan kepada masyarakat.
Tak jarang, dirinya harus pulang malam, menghabiskan waktu libur di kantor, atas jabatannya yang diembannya.
Menikah dengan seorang anggota TNI, Santhi dikaruniai seorang anak laki-laki, yang kini duduk di bangku sekolah dasar. "Yah pastilah dia lagi butuh-butuhnya perhatian," kata Santhi.
Namun, Santhi bersikeras untuk anaknya, mendapat perhatian dan waktu baginya. Tidaklah dipungkiri, meski Santhi seorang abdi negara, dirinya pun seorang ibu. Semuanya itu, tidak menjadi halangan baginya, untuk memberikan perhatian dan waktu lebih untuk anaknya.
"Makanya saya sengaja, sekolahkan dia dekat kantor. Jadi setidaknya saya bisa punya waktu sama dia. Pulang sekolah, abang biasa main ke kantor. Nanti kalau enggak ada tugas, yah biasa kita pulang bareng," ucapnya.
Menyeimbangkan karier dengan tanggungjawab sebagai ibu rumah tangga, tentu tidaklah mudah. Selalu ada pertentangan dan pergumulan dalam benak Santhi.
Pernah suatu waktu, sang suami dipanggil untuk bertugas di Kalimantan, yang letaknya di batas negara. Dalam waktu cukup lama, Santhi harus berpisah dengan sang suami. Ia seorang diri menjaga anaknya, yang kerap menanyakan keberadaan ayahnya.
Semua harus dilewati Santhi seorang diri. Di balik tugasnya menjadi seorang anggota polisi, ia pun harus menjadi seorang ibu, untuk anaknya. "Yah intinya, kita semua pasti bisa menjalaninya," ujar perempuan yang sudah berdinas 18 tahun menjadi anggota polisi ini.
Santhi, bukalah merupakan satu-satunya ibu di dunia ini, yang rela harus berbagi waktu untuk pekerjaan dan kodratnya menjadi seorang wanita yang seutuhnya.
Dengan garis hidup yang telah dipilihnya, ia jalani dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab. Meski badannya kadang merasa lelah, dirinya tidak pernah mengeluh untuk terus menjadi pelayan masyarakat dan seorang ibu serta istri untuk anak dan suaminya.
Terkahir untuknya, terimakasih Bu Santhi dan Selamat Hari Ibu untuk Bu Santhi serta seluruh wanita di dunia ini.
Editor: redaktur