Tridinews.com - Lembaga pengelola investasi Indonesia Investment Authority (INA) mencatatkan nilai penanaman modal kumulatif sebesar Rp65,4 triliun sejak pertama kali didirikan pada 2020 hingga Mei 2025.
"Pendekatan investasi INA selalu konsisten, yakni disiplin, berlandaskan fundamental yang kuat, dan berorientasi pada penciptaan nilai jangka panjang, sekaligus memastikan dampak pembangunan yang berarti bagi Indonesia," kata Ketua Dewan Direktur INA Ridha Wirakusumah dalam keterangan tertulis, yang dikutip di Jakarta, Kamis.
Pada 2024, INA menarik penanaman modal asing langsung (foreign direct investment/FDI) sebesar Rp13,8 triliun atau setara dengan 2,5 kali lipat dari investasi ekuitas INA pada periode yang sama.
Sepanjang tahun itu, INA juga telah merealisasikan delapan investasi di beberapa sektor prioritas, dengan total penyaluran modal sebesar Rp19,5 triliun, terdiri atas Rp5,6 triliun dari kontribusi INA dan Rp13,8 triliun dari mitra investor.
Sementara, total transaksi yang terealisasi hingga Desember 2024 mencapai Rp60,9 triliun dari 15 transaksi.
Jumlah ini terdiri atas Rp24,9 triliun kontribusi INA dan Rp36 triliun dari mitra investor.
INA mengarahkan investasinya di tahun 2024 ke empat sektor prioritas nasional, yakni transportasi dan logistik, energi hijau dan transformasi, infrastruktur digital, serta kesehatan.
Di sektor transportasi dan logistik, INA memulai pengelolaan Pelabuhan Belawan New Container Terminal (BNCT) pada Januari 2024 bersama DP World dan Pelindo.
Hingga akhir tahun, BNCT telah menangani lebih dari 600.000 twenty-foot equivalent units (TEUs) melalui lebih dari 16 jalur pelayaran reguler, dengan lima operator pelayaran global terbesar menyumbang 62,5 persen dari total volume pengiriman.
Secara paralel, INA memperkuat ekosistem logistik Indonesia melalui kemitraan dengan ESR dan Mitsubishi Corporation Urban Development Indonesia (MCUDI) untuk mengembangkan jaringan pergudangan modern di Indonesia.
INA juga memfasilitasi penanaman modal Abu Dhabi Investment Authority (ADIA) dan APG Asset Management di ruas Medan-Binjai dan Bakauheni-Terbanggi Besar di Jalan Tol Trans-Sumatera, dengan total nilai investasi dengan nilai Rp8,2 triliun.
Di sektor infrastruktur digital, INA bersama DayOne, sebelumnya dikenal sebagai GDS, membentuk joint venture untuk membangun platform pusat data berbasis AI di Indonesia.
Di sektor kesehatan, INA dan Swire Pacific Limited (Swire Pacific) telah menyelesaikan fase pertama investasi keduanya di PT Pertamina Bina Medika IHC (IHC) pada Juli 2024. INA juga mendukung pembangunan fasilitas fraksionasi plasma pertama di Indonesia dari hasil kolaborasi bersama SK Plasma, anak perusahaan dari SK Group Korea Selatan. Proyek ini dijalankan melalui kerja sama erat dengan Palang Merah Indonesia (PMI) dan rumah sakit rujukan milik pemerintah di bawah Kementerian Kesehatan.
Bersama mitra investornya, Asset Under Management (AUM) INA mencapai Rp144,3 triliun pada akhir 2024, meningkat 92 persen sejak didirikan.
Dari sisi kinerja keuangan, INA mencatat laba bersih sebesar Rp5,4 triliun pada 2024, meningkat 26,2 persen dari Rp4,3 triliun pada 2023.
Di luar aspek keuangan, INA peringkat kredit pertamanya dari Fitch Ratings, yakni BBB (internasional) dan AAA (idn) (domestik) pada 2024.
Editor: redaktur