Tridinews.com - Ketegangan kembali memanas di perbatasan Thailand–Kamboja setelah Kementerian Pertahanan Kamboja menuduh Bangkok memicu eskalasi baru melalui serangan militer yang menyasar wilayah mereka. Tuduhan ini sekaligus membantah klaim Thailand yang menyebut Phnom Penh lebih dulu melancarkan tembakan roket dan tank ke arah perbatasan.
Dalam pernyataan resmi pada Senin, Kementerian Pertahanan Kamboja menyebut pasukan Thailand lebih dulu membuka serangan sekitar pukul 05.00 waktu setempat atau 22.00 GMT pada Minggu malam. Serangan itu dikatakan terjadi setelah “serangkaian provokasi” dari pihak Thailand dalam beberapa hari terakhir.
Kamboja menegaskan pihaknya tidak membalas dan tetap menunjukkan pengendalian diri maksimal, serta berkomitmen menyelesaikan ketegangan melalui jalur damai sesuai prinsip hukum internasional. Mereka menyatakan telah melaporkan insiden tersebut kepada Tim Pengamat ASEAN dan tengah mempersiapkan penyelidikan menyeluruh.
Menurut laporan yang diterima Kamboja, militer Thailand terus menargetkan permukiman sipil di Provinsi Oddar Meanchey dan Preah Vihear, menyebabkan sejumlah warga luka-luka serta merusak banyak rumah. Anak-anak, lansia, perempuan, dan laki-laki terpaksa mengungsi demi keselamatan.
Sebelumnya, Pemerintah Kamboja melaporkan tiga warga sipil terluka akibat pertempuran tersebut. Kementerian Pertahanan kemudian mendesak Thailand bertanggung jawab dan menghentikan seluruh tindakan agresi.
Situasi kemanusiaan juga memburuk. Khmer Times melaporkan hingga Senin pagi sebanyak 1.157 keluarga telah dievakuasi dari daerah perbatasan, dan proses evakuasi masih berlangsung. Laporan itu menyebut militer Thailand menggunakan senjata berat sejak pagi hari, bahkan menyasar desa-desa yang berada 4–5 kilometer dari garis perbatasan.
Ketegangan di perbatasan Thailand–Kamboja disebut meningkat sejak akhir pekan dan terus berlanjut hingga Senin. Hingga kini, kedua negara masih saling menuduh pihak lawan melanggar gencatan senjata yang sebelumnya telah disepakati.
Kamboja Tuduh Thailand Serang Perbatasan, 1.157 Keluarga Mengungsi
. (net)