Tridinews.com - Ketegangan di perbatasan Kamboja–Thailand kembali memuncak setelah Pemerintah Kamboja menuding militer Thailand meluncurkan serangan udara di wilayah mereka. Pada Sabtu (20/12), Kamboja menyatakan jet tempur F-16 milik Thailand menjatuhkan dua bom dan menghancurkan Jembatan O’Jik, sebuah jembatan beton yang menjadi akses vital bagi warga sipil di perbatasan.
Letnan Jenderal Maly Socheata, Wakil Sekretaris Negara sekaligus Juru Bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, menjelaskan dalam konferensi pers bahwa serangan terjadi pada Jumat malam pukul 22.58. Bom tersebut menghantam jembatan yang menghubungkan Distrik Chong Kal, Provinsi Oddar Meanchey, dengan Distrik Srei Snam, Provinsi Siem Reap—wilayah yang selama ini menjadi jalur transportasi penting bagi warga lokal.
Menurut Socheata, serangan udara tidak berhenti di situ. Hingga Sabtu pagi, pasukan Thailand disebut terus menembakkan peluru artileri ke berbagai titik di wilayah Kamboja, membuat warga sipil hidup dalam ketakutan dan ketidakpastian. Suara dentuman bom dan meriam disebut masih terdengar sepanjang malam hingga fajar.
Konflik yang memanas ini telah memakan banyak korban. Data Kementerian Dalam Negeri Kamboja mencatat sedikitnya 18 warga sipil tewas dan 79 orang lainnya mengalami luka-luka akibat rentetan serangan tersebut. Selain korban jiwa, dampak terbesar dirasakan pada masyarakat yang terpaksa mengungsi. Lebih dari 510.000 orang meninggalkan rumah mereka untuk mencari perlindungan di wilayah-wilayah yang dianggap lebih aman.
Jembatan O’Jik sendiri memegang peran penting dalam mobilitas warga—mulai dari akses pendidikan, distribusi bahan makanan, hingga jalur evakuasi. Kehancurannya membuat bantuan kemanusiaan semakin sulit menjangkau warga terdampak dan memperburuk kondisi logistik di wilayah konflik.
Hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari pemerintah Thailand terkait tuduhan tersebut. Sementara itu, komunitas internasional mulai menyerukan upaya deeskalasi agar ketegangan tidak berkembang menjadi konflik berskala lebih luas.
Bagi warga di perbatasan, harapan utama saat ini hanyalah satu: gencatan senjata dan keamanan. Dengan infrastruktur rusak, korban sipil berjatuhan, dan gelombang pengungsian yang terus bertambah, situasi kemanusiaan di wilayah tersebut berada pada titik yang memprihatinkan dan mendesak perhatian dunia internasional.
Kamboja Tuduh Thailand Bom Jembatan dan Picu 510 Ribu Warga Mengungsi
. (net)