Tridinews.com - Situasi keamanan di perbatasan Israel–Mesir memanas setelah Menteri Pertahanan Israel, Yoav Katz, menetapkan wilayah itu sebagai zona militer tertutup. Langkah ini dilakukan menyusul meningkatnya ancaman penyelundupan senjata dan narkoba menggunakan drone.

Katz menjelaskan, keputusan itu diambil berdasarkan laporan intelijen yang menunjukkan meningkatnya aktivitas penyelundupan di sepanjang perbatasan sepanjang 200 kilometer. IDF (Angkatan Pertahanan Israel) kini diperluas kewenangannya untuk menindak pihak tak berwenang, termasuk operator dan penyelundup drone.

Menurut pejabat keamanan, drone yang digunakan jaringan kriminal dan kelompok bersenjata di Semenanjung Sinai dimodifikasi untuk membawa paket senjata, amunisi ringan, dan narkotika ke wilayah Israel. Drone ini dilengkapi navigasi otomatis dan sensor jarak jauh, mampu melintasi pagar perbatasan hingga 15 kilometer tanpa terdeteksi radar.

Sebagian besar peluncuran drone berasal dari utara Sinai, dekat kota Rafah dan Nuweiba. Kelompok kriminal diduga bekerja sama dengan militan lokal, termasuk cabang ISIS di Sinai (Wilayat Sinai), yang selama ini terlibat serangan di wilayah perbatasan.

Menanggapi ancaman tersebut, IDF meluncurkan operasi kontra-drone skala besar, memperkuat sistem pertahanan udara, dan memasang sensor elektromagnetik baru. Kepala Staf IDF, Letjen Eyal Zamir, memerintahkan setiap unit militer di selatan untuk menembak jatuh tanpa peringatan drone yang mendekati perbatasan tanpa izin.

“Ini bukan sekadar operasi penyelundupan biasa. Kami melihatnya sebagai ancaman langsung terhadap keamanan nasional Israel,” tegas Zamir.