Tridinews.com - Aksi polisi Brasil di dua kawasan padat penduduk, atau favela, di Rio de Janeiro berubah menjadi tragedi berdarah. Sedikitnya 64 orang tewas, termasuk empat petugas polisi, setelah aparat melakukan penggerebekan besar-besaran terhadap geng narkoba utama di wilayah tersebut.
Sebanyak 2.500 personel bersenjata lengkap diterjunkan dalam operasi yang disebut sebagai penggerebekan terbesar dalam sejarah Rio de Janeiro. Polisi didukung oleh kendaraan lapis baja, helikopter, dan drone untuk menembus kawasan Complexo da Penha dan Complexo do Alemao, yang dikenal sebagai markas geng Comando Vermelho — jaringan narkoba paling berpengaruh di Brasil.
Suasana mencekam menyelimuti area tersebut. Tembakan terdengar hingga dekat Bandara Internasional Rio, sementara asap tebal mengepul dari beberapa titik kebakaran. Toko-toko ditutup, dan warga berlarian mencari perlindungan di tengah kabar bahwa geng kriminal juga menggunakan drone bersenjata untuk melawan.
“Ini pertama kalinya kami melihat drone (dari penjahat) menjatuhkan bom di masyarakat,” kata seorang warga Penha kepada AFP. “Semua orang ketakutan karena begitu banyak tembakan.”
Gubernur Negara Bagian Rio de Janeiro, Claudio Castro, menyebut operasi ini sebagai langkah besar untuk menghentikan ekspansi Comando Vermelho yang selama ini menguasai perdagangan narkoba di kawasan itu.
Namun, operasi tersebut menimbulkan duka mendalam. Warga setempat melaporkan lebih dari 40 jenazah dibaringkan di sebuah lapangan di kawasan Vila Cruzeiro, bagian dari kompleks Penha, sehari setelah operasi berlangsung.
Meski penggerebekan di favela bukan hal baru, skala dan jumlah korban kali ini menjadi yang paling mematikan dalam sejarah kota Rio. Sebelumnya, rekor korban tewas tertinggi dalam operasi serupa terjadi pada 2021, yang menewaskan 28 orang.
Polisi menyebut, operasi kali ini melibatkan dua helikopter, 32 kendaraan lapis baja, serta 12 kendaraan pembongkar untuk menghancurkan barikade yang dibuat para pengedar narkoba.
Sementara itu, kritik mulai bermunculan dari kelompok hak asasi manusia yang menilai operasi ini terlalu brutal dan membahayakan warga sipil. Pemerintah pusat Brasil menyatakan bahwa tujuan utama penggerebekan adalah memulihkan keamanan dan menekan pengaruh geng kriminal yang telah lama bercokol di favela-favela Rio.
Kini, kawasan utara Rio kembali berduka. Bau mesiu masih tercium, dan warga yang kehilangan keluarga hanya bisa berharap kekerasan semacam ini tak lagi menjadi pemandangan biasa di kota yang seharusnya menjadi destinasi wisata dunia itu.
Operasi Polisi di Rio Berujung Maut, 64 Orang Tewas di Dua Favela
. (net)